MAKASSAR, MERATA.NET- Yayasan Hadji Kalla Bekerja sama dengan Jenewa Institut, memberikan pelatihan untuk para ibu dan kader kesehatan dalam rangka pencegahan dan penurunan angka stunting di Pulau Barrang Lompo, Kecamatan Kepulauan Sangkarrang, Kota Makassar, Senin (15/11/2021) kemarin.
Rencananya, program ini akan berlangsung selama beberapa bulan kedepan dalam pengawasan langsung tim Yayasan Kalla dan Jenewa Institut.
Stunting yang merupakan masalah kekurangan gizi kronis, disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi, sehingga tubuh anak lebih kerdil (pendek) dari usianya. Isu tersebut merupakan masalah yang telah terjadi cukup lama di Kecamatan Kepulauan Sangkarrang, terutama di Pulau Barrang Lompo yang menurut hasil survei awal dari tim Jenewa Institut mencapai angka 30%. Pelatihan pencegahan stunting melalui pembuatan makanan pendamping ASI berbahan baku lokal merupakan salah satu cara menanggulangi masalah stunting di lokasi ini.
Pelatihan tersebut ini dihadiri oleh Lurau Kelurahan Barrang Lompo; Kurniati, Surahmansah Said selaku Direktur Eksekutif dari Jenewa Institute yang merupakan mitra dari Yayasan Hadji Kalla yang telah melakukan riset selama berbulan-bulan untuk memetakan kondisi stunting dan kiat pencegahannya di Kelurahan Barrang Lompo. Hadir pula Prof. dr. Veni Hadju, MSC., PhD, Guru Besar Ilmu Gizi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin sebagai pemateri dalam pelatihan. Officer Bidang Humanity dan Environment, Muh. Jumadi sebagai wakil dari Yayasan Hadji Kalla juga turut hadir dalam pelatihan tersebut.
Sebanyak lebih dari 32 orang peserta hadir dalam pelatihan tersebut, terdiri dari petugas puskesmas, kader posyandu, remaja putri dan ibu hamil dari wilayah Pulau Barrang Lompo. Surahmansah Said menjelaskan bahwa pelatihan yang dilaksanakan pada pagi hingga sore hari tersebut berjalan lancar sesuai dengan rencana. “Alhamdulillah, pelatihan hari ini berjalan dengan lancar sesuai dengan perencanaan kita, di mana sebelum keiatan ini kita lakukan, kita telah melakukan survei dan assesment sebagai data awal kita melakukan pelatihan ini. Hal ini kita lakukan karena memang langkah yang dipilih dari Yayasan Hadji Kalla adalah tentang bagaimana menciptakan resep MP ASI yang terbuat dari bahan pangan lokal yang ada di wilayah ini”, pungkasnya.
Peserta yang ikut dalam pelatihan terlihat sangat antusias. Dari paparan materi yang dijelaskan oleh pemateri, pertama dari Prof. Veni Hadju yang menyampaikan materi tentang stunting dan langkah pencegahan stunting. Kemudian yang kedua ada paparan resep MP ASI. Resepnya sendiri ada 18 macam yang nantinya akan digunakan sebagai MP ASI di Pulau Barrang Lompo.
Ada beberapa menu yang dibuat oleh para peserta di pelatihan tersebut yakni dari berbagai macam ikan laut dan juga sayuran. Dari ke-18 resep tersebut telah dibuatkan rekomendasi resep yang telah dicetak menjadi buku dan nantinya akan menjadi acuan bagi puskesmas. “Tujuannya adalah untuk memberikan banyak pilihan kepada masyarakat apa-apa yang akan mereka berikan kepada para baduta (bawah dua tahun) mereka. Bahan yang dipilih ini betul-betul merupakan hasil pangan laut yang menjadi unggulan yang ada di Pulau Barrang Lompo yang tentunya mudah untuk didapatkan oleh masyarakat, utamanya para ibu”, lanjut Surahmansah.
“Salah satu kunci gizi seimbang adalah makanan yang beraneka ragam. Tinggal masyarakat yang memilih yang mana yang cocok untuk baduta-nya. Resepnya dibagi kedalam tiga kelompok umur, yakni pertama ada enam resep MP ASI untuk anak umur 6-12 bulan, enam resep untuk anak usia 12-17 bulan, kemudian enam resep untuk bayi usia 18 sampai 23 bulan. Jadi masing-masing ada enam resep di setiap kelompok umur tadi sehingga jumlahnya ada 18 resep”, sebut Prof. dr. Veni Hadju, MSC., PhD, Guru Besar Ilmu Gizi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin yang menjadi pemateri.
Soal isu stunting di Pulau Barrang Lompo, merupakan hasil koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Makassar, di mana Pulau Barrang Lompo merupakan salah satu daerah lokus stunting di Kota Makassar, dari 10 titik yang ada. Hasil assesment pun menunjukkan bahwa pulau tersebut masuk ke dalam wilayah lokus stunting, hasilnya adalah 30% baduta (bawah dua tahun) yang mengalami stunting di wilayah tersebut. Nilai itu menjadi nilai di atas rata-rata kabupaten/kota. (Jan/Rik)