MAKASSAR, MERATA.NET – Sejalan dengan perlambatan ekonomi nasional, perekonomian wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua) tumbuh melambat 5,79% (yoy) pada triwulan III 2021, namun di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh 3,51% (yoy).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulsel, Causa Iman Karana mengatakan, pertumbuhan ekonomi Sulampua juga tercatat paling tinggi dibandingkan wilayah lainnya (Jawa, Kalimantan, Sumatera dan Balinusra). Kinerja perekonomian Sulampua utamanya didorong oleh dua Lapangan Usaha (LU) utama.
“LU Pertambangan tumbuh tinggi 17,71% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 16,06% (yoy). Angka ini mencerminkan masih positifnya kinerja produksi pertambangan di wilayah Sulampua,” urai Causa.
Selanjutnya, LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tumbuh 3,83% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,52% (yoy). Kinerja positif LU ini turut dipengaruhi oleh panen raya pertanian.
Di sisi lain, seiring dengan normalisasi permintaan domestik pasca berlalunya HBKN Idul Fitri, serta adanya pengetatan PPKM di berbagai wilayah, pertumbuhan ekonomi Sulampua pada triwulan III tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,62% (yoy).
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Sulampua terutama didorong oleh kinerja Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang tumbuh 14,10% (yoy), lebih tinggi dari 12,86% (yoy) pada triwulan sebelumnya.
“Kinerja positif ini didorong oleh berlanjutnya realisasi investasi industri pengolahan dan megaproyek swasta di beberapa provinsi di wilayah Sulampua. Konsumsi Rumah Tangga di Sulampua tetap tumbuh positif 2,20% (yoy), meskipun lebih rendah bila dibandingkan 6,37% (yoy) pada triwulan sebelumnya,” sebut Causa.
Net ekspor Sulampua pada triwulan III 2021 tumbuh sebesar 19,42% (yoy), lebih rendah dibandingkan 58,36% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Penurunan kinerja ekspor ini dipengaruhi oleh melemahnya permintaan negara mitra dagang, khususnya negara di kawasan Eropa dan Tiongkok, akibat pandemi COVID-19 dan terjadinya krisis energi.
Realisasi belanja pemerintah daerah di Sulampua pada triwulan III 2021 juga lebih rendah bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Hal ini dipengaruhi oleh komponen belanja pegawai, mengingat adanya pergeseran waktu penyaluran THR dan Gaji ke-13.
Pada tahun 2020, penyaluran dilakukan pada triwulan III, sementara pada tahun 2021, penyaluran dilaksanakan pada triwulan II. Akibatnya, kinerja belanja pemerintah daerah di Sulampua pada triwulan III 2021 terkontraksi sebesar 2,17% (yoy), berada dibawah angka pertumbuhan 9,51% (yoy) yang tercatat pada triwulan sebelumnya.
Dari sisi Lapangan Usaha (LU), produksi pertambangan tembaga tumbuh positif sehingga membuat kinerja LU Pertambangan dan Penggalian terakselerasi, mendorong perekonomian Sulampua. Kondisi curah hujan dan gelombang laut yang kondusif hingga pertengahan tahun 2021, serta panen raya padi pada triwulan III 2021, membuat kinerja LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan juga terakselerasi.
Di sisi lain, pertumbuhan yang melambat terjadi pada LU Industri Pengolahan, dari 12,95% (yoy) pada triwulan II 2021 menjadi 7,21% (yoy) pada triwulan III 2021. Kondisi ini disebabkan oleh penurunan permintaan domestik industri olahan makanan-minuman pasca HBKN Idul Fitri.
Selain itu, perlambatan juga terjadi pada kinerja industri olahan nikel akibat pelemahan permintaan dari Tiongkok sebagai mitra dagang utama. Terakhir, LU Perdagangan juga turut terpantau melambat seiring normalisasi permintaan masyarakat menyusul berakhirnya HBKN Idul Fitri serta pengetatan PPKM di berbagai wilayah.
Secara spasial, ekonomi 8 dari 10 provinsi di wilayah Sulampua mengalami perlambatan dari triwulan sebelumnya, termasuk Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah, yang masing-masing memiliki porsi 34% dan 14% terhadap PDRB Sulampua pada triwulan III 2021.
Pada sisi lain, ekonomi Provinsi Papua (porsi 15%) mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 14,54% (yoy) pada triwulan III 2021, seiring dengan peningkatan kinerja tambang tembaga yang dapat menahan perlambatan PDRB wilayah Sulampua lebih dalam.
Perekonomian Sulampua yang tumbuh positif juga dibarengi dengan terjaganya stabilitas sistem keuangan. Penyaluran kredit di Sulampua hingga triwulan III 2021 tercatat tumbuh sebesar 8,17% (yoy) dengan risiko kredit (NPL) yang tetap terjaga pada level 3,49%.
Di sisi lain, simpanan masyarakat hingga triwulan III 2021 tetap tumbuh meskipun mengalami perlambatan menjadi 0,25% (yoy), lebih rendah dari 7,02% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Dari aspek kestabilan harga, inflasi Sulampua pada triwulan III 2021 tercatat sebesar 1,63% (yoy), tetap terkendali dan berada dibawah sasaran inflasi nasional pada tahun 2021 yang sebesar 3,0±1%.
“Terbatasnya kegiatan masyarakat pada masa PPKM diyakini turut menekan laju inflasi dari sisi permintaan. Hingga akhir tahun 2021, inflasi Sulampua diperkirakan akan tetap terkendali. Namun demikian, peningkatan tarif angkutan udara dan faktor gangguan cuaca menjadi risiko tekanan inflasi yang perlu tetap diwaspadai. Secara keseluruhan tahun 2021, inflasi yang terjaga akan mendukung perbaikan perekonomian wilayah Sulampua,” jelas Causa. (NTI)