MAKASSAR, MERATA.NET- Daerah Pallannasang Kecamatan Tamalate, Kelurahan Barombong merupakan salah satu daerah di Kota Makassar yang biasa disebut sebagai kampung nelayan.
Daerah tersebut sangat gampang dikenali sebab jika kita melintas di kelurahan Barombong dan melewati Jembatan Barombong coba lihat ke sebelah kiri jembatan. Puluhan bahkan ratusan kapal atau perahu nelayan dengan berbagai ukuran nampak bersandar di Muara Jeneberang Barombong.
Rabu (24/11/2021) Pukul 10:45 Wita beberapa nelayan terlihat berada di atas perahunya, terlihat beberapa nelayan sedang membersihkan perahu mereka. Ada juga yang sudah datang dari laut dan membawa hasil tangkapannya untuk dijual ke pengepul ikan.
Serta ada juga yang sementara mempersiapkan segala peralatan untuk bersiap-siap ke laut mencari ikan.
Salah satun nelayan yang baru akan pergi melaut adalah, Gassing Dg Kulle, (47). Ia bersama 6 orang rekannya sedang bekerjasama menaikkan puluhan jerigen yang berisi bahan bakar solar ke perahu atau Jolloro miliknya.
Gassing Dg Kulle mengaku akan berlayar menuju pulau Kalimantan, tujuannya di Kalimantan Timur kadang juga di Kalimantan Selatan. Disana ia bersama rekannya mencari ikan.
Dia mengaku sekali keluar melaut mencari ikan biasanya membutuhkan 12 hari perjalanan. Yakni 2 hari perjalanan (Pulang-Pergi) dan 10 hari untuk mencari ikan di laut.
Butuh waktu sekitar 15 jam perjalanan untuk sampai ke wilayah yang ia tuju. Itupun jika tak menemui kendala. Seperti cuaca buruk atau gangguan mesin. Namun jika mengalami kendala maka akan lebih lama lagi sampai ketujuan.
“Sekali melaut itu kadang dapat 1 ton atau lebih,” ucap Gassing Dg Kulle.
Dia bilang 1 ton ikan itu jika dinominalkan, mencapai 20-30 juta. Harganya dapat berubah tergantung cuaca saat melaut. Ikan yang ia dapat pun bervariatif seperti ikan kakap, cepak dan ikan lamuru hasil tangkapannya pun kadang di jual di Beba, Galesong atau di Paotere, Makassar.
Pria yang sudah 30 tahun berprofesi sebagai nelayan ini mengaku dalam sekali race atau melaut ia menyiapkan sekitar 300 liter solar. Namun ia juga bilang harga solar dapat mempangaruhi pendapatan mereka.
“Kalau harga solar naik, kita setengah mati lagi pergi melaut karena pengeluaran juga bertambah,” tuturnya.
Selain itu, ia juga mengeluhkan mengenai pendataan dari pemerintah soal bantuan terhadap nelayan. Menurutnya ia sering di data tapi tak pernah mendapatkan bantuan
“Kita sering di data katanya ada bantuan, kita sudah setor KK dan KTP tapi sampai sekarang tidak pernah ada itu bantuan,”keluhnya.
Dia pun berharap pemerintah memperhatikan nasib mereka yaitu dengan memberikan bantuan seperti mesin, subsidi solar dan tempat untuk menyimpan ikan hasil tangkapan mereka.
“Kita ini sebagai nelayan berharap ada bantuan mesin atau fiber buat tempat ikan jadi bisa gunakan untuk menyimpan es buat ikan yang kita dapat,” tutupnya. (Dar/Rik)